Sabtu, 28 Juni 2008

Hendrawan Jadi Dua

HendrawanTersebutlah kisah Hendrawan dan Hendrawan, dua orang kembar bersuku blasteran. Yang membuat Hendrawan jadi Dua. Tapi apa jadinya kalau Hendrawan jadi dua??. Paling tidak beberapa hal dibawah ini akan terjadi seandainya tiba-tiba saja Hendrawan Jadi Dua.

- Bapak Hendrawan Makin sulit nambel pengeluaran, atu aja banyak ngabisin duit.
- Adik Hendrawan harus mendengar dua kali ceramah akangnya
- Fans Hendrawan (kalo ada) bingung mau milih yang mana (yg ada yg mau dimuntain duluan yg mana).
- Emak Hendrawan harus masak dua kali lipat lebih buanyak, satu aja kurang terus.
- Temen sekelas Hendrawan kini harus milih mana yang lawakannya paling segar kalo pagi-pagi
- Dosen Hendrawan harus tambah tenaga ekstra, diprediksi akan 2 x lipat lebih menyusahkan
- Kayaknya Hendrawan sama Hendrawan bakal berantem terus nih
- Loh, yang baca blog Hendrawan pada bingung, apa iya Hendrawan Jadi Dua?

Rabu, 25 Juni 2008

Kangen Band, di Indonesia Semua Orang Bisa Terkenal

Kangen Band Kangen Band makin meyakinkan dengan album keduanya, grup band (yg menurut saya) mendapat banyak hujatan ini sukses menjadi salah satu grup band papan atas di Indonesia. Terang saja grup band lain pada geram (lagi2 menurut saya).

Bayangkan dengan tampang dan postur yang kurang meyakinkan begitu (masih menurut saya) mereka mampu membius pecinta musik Indonesia. Menurut beberapa orang rocker (temen saya) lagu-lagu Kangen Band ini CENGENG, nggak ada puitis-puitisnya. menurut beberapa seniman (temen saya jg) lirik lagu mereka tidak sedikitpun mengandung makna dan tidak menggunakan metafor (bahasa kiasan), mereka bilang lagu Kangen ini benar-benar pop.

Lah, tapi ini di Indonesia semua orang bisa terkenal. Coba aja lihat di Sinetron, artis lemot kayak Sherin Sungkar aja bisa, belum lagi WNA2 yang nggak jelas juga bisa terkenal. Nah jadi saya tak heran ketika Kangen Band sekali lagi membuktikan bahwa semua orang (walau tampang ancur dan ndak meyakinkan) bisa terkenal di Indonesia, salut Kangen Band terutama bagi vokalis ceweknya yang berjilbab.

Tambahan
Profil Lengkap Kangen Band
Cerita Sukses Kangen Band
Download MP3 Kangen Band

Senin, 23 Juni 2008

Hari Empat (4) Buah Ujian

Tolong Hari ini aku harus menghadapi empat buah ujian mata kuliah (tapi masih sempat-sempatnya posting), mana ujiannya payah-payah:( dan penuh persyaratan lagi. Tolong....:((


Bayangkan, hari ini pukul 8.00 WIB ada ujian speacking (aku tidak ada persiapan) terus musti buat makalah tentang outdoor (ingat Hendrawan Goes to West Sumatra). Pukul 01.00 WIB nanti ada ujian Aqidah Islam (esai semua, sementara hafalan udah pada lupa) terus harus pake baju kurung dan pena bertinta biru.

Menyusul setelah itu ujian Qiro'ah (udah jadi anak kuliahan masih aja pelajaran baca Al-Qur'an) terus nanti ditanya-tanya pula tentang hukum-hukum bacaannya sama dosen juara MTQ Kab Siak ini.

Terakhir sekitar pukul 16.00 WIb masih ada ujian Reading (mana tugas banyak nggak dikerjain) tuolong Hendrawan woi..:(

Pelaut Handal itu Telah Pergi

Satu-satunya pelaut tangguh dari keluarga kami yang tersisa akhirnya meninggal dunia pada Kamis dua minggu lalu. Namaya Nurdin, cucu hulubalang Serapung H. Abdul Manan (kakek saya).

Nurdin meninggal dunia setelah terkena stroke. Abang tertua Ibu saya ini merupakan pelaut ulung, mewarisi ayahnya yang "raja di laut". Nurdin telah berteman dengan laut sejak kecil. Mungkin setelah kepergiannya ini tidak ada lagi pelaut dari keturunan H. Abdul Manan (alm) yang bisa menyamainya dalam hal mengarungi laut.

Beliau hanya meninggalkan seorang anak laki-laki, Dasril (sepupu saya) yang kurang hobby bermain dengan laut. Saya sebagai salah seorang kemanakan almarhum dan keturunan Abdul Manan sebenarnya sangat cinta laut tapi apa daya, saya (Hendrawan) kini terdampar jauh di daratan, di Pekanbaru.

Rabu, 11 Juni 2008

Max Moein dan The Changcuters

Ada dua hal yang mengusik alam pikiran saya baru-baru ini. Pertama, mungkin masih segar dipikiran kita tentang skandal pelecehan seksual yang menyeret nama Max Moein, anggota DPR RI. Max Moein (diduga) melakukan tindak asusila terhadap assistennya, Desi Vidyawati yang hingga tulisan ini saya terbitkan belum juga usai masalah tersebut.

Kedua, meroketnya Grup Band unik asal Bandung, The Changcuters bersama hits fenomenal mereka yang berjudul Racun. Bahkan Grup Band ini menyentuh kepekaan hati pemerintah, bisa dilihat dengan dianugrahkannya The Changcuters sebagai Grup Band paling kreatif. Namun sayang tak semua yang peka terhadap hits racun The Changcuters,
buktinya Max Moein terkena "Racun Dunia" (Lho, apa relasinya?? kasus Max Moein terjadi jauh sebelum lagu itu populer-kan??).

Ya jelas ada, seharusnya Max Moein sadar assistennya itu adalah salah Racun Dunia walaupun The Cangcuters belum memberitahukannya, dan dia harus super hati-hati. Lihat saja ternyata bukan hanya Max Moein yang telah teracuni. Menurut Badan Kehormatan DPR, salah seorang stafnya juga pernah mengalami perceraian akibat ulah si Desi Vidyawati ini. (saya dengan tidak sedikitpun membela Max Moein).

Apa yang dapat diambil?, ternyata dibalik syair lagu juga terselip pesan-pesan moral dan nasihat, bukan cinta-cintaan (baca cengeng) melulu, dan The Changcuters perlu dicontoh dari sisi kekreatifan dan keunikannya.

Mengapa Hendrawan Senang Ke Sumbar?

Rasa senang ketika pertama kali tiba di Batam beberapa waktu lalu ternayata tak bisa mengalahkan rasa senang saya ketika mengunjungi Sumatra Barat, padahal di Batam banyak orang Melayu (suku ibu saya) dan saya tidak ada sangkut pautnya dengan orang Sumbar (minang). Mengapa sayan lebih senang ke Sumbar?


- Pertama, saya sangat mahir bahasa minang (mengalahkan kemahiran saya berbahasa jawa, bahasa Bapak saya dan juga kemahiran saya berbahasa ocu)
- Saya sedikit banyak saya mengenal mitologi dan budaya minang
- Saya menemukan bukit-bukit yang tinggi serta gunung-gunung yang tidak saya temui di Kampung saya (Penyalai, di Penyalai hanya ada laut, pantai, hutan dan hewan liar)
- Hawanya lebih sejuk (khusus Bukittingi dan Lubuk Sikaping tak seperti di Pekanbaru yang panas)
- Tentu saja karena harga kebutuhan sehari-hari lebih terjangkau (pengecualian pada harga nasi yang Rp 10.000-12.000 sementara di Riau hanya Rp 7.000-8.000 saja)

Tetapi ada juga yang tidak saya sukai ketika mengunjungi Sumbar, apa?:
- Terlalu banyak pengamen
- Harga kedai nasi mahal
- Banyak penjaja jalanan yang masuk bus
- Sering terjadi tanah longsor di tengah perjalanan yang membuat macet berjam-jam.